Makalah Cost Of Capital, Capital
and Capital Struktur, Working Capital & Risk Investemen
| |
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Ada tiga hal yang menjadikan
biaya modal sebagai materi pembahasan yang peting$Pertama, keputusan
penganggaran modal berakibat besar pada perusahaan sedangkan penganggaran yang
tepat memerlukan prkiraan biaya modal$ &edua, struktur keuanganmempengaruhi
tingkat resiko dan besarnya arus pendapatan$ Pengetahuan tentang biayamodal dan
bagaimana biaya ini diperngaruhi oleh le6erage keuangan, akan berunadalam
pengambilan keputusan dibidang strultur modal$ &etiga, sejumlah
keputusanseperti leasing, pendanaan kembali, obligasi dan kebijaksanaan modal
kerja, semuanyamemerlukan perkiraan biaya modal.
Selain itu biaya modal
merupakan konsep penting dalam analisis in6estasi karenadapat menunjukkan
tingkat minimum laba in6estasi yang harus diperoleh dari in6estasitersebut$
)ika in6estasi itu tidak dapat menghasilkan laba in6estasi
sekurang-kurangnyasebesar biaya yang ditanggung maka in6estasi itu tidak perlu
dilakukan$ /ebihmudahnya, biaya modal merupakan rata-rata biaya dana yang akan
dihimpun untuk melakukan suatu in6estasi$ 7apat pula diartikan bah#a biaya
modal suatu perusahaanadalah bagian (suku rate" yang harus dikeluarkan
perusahaan untuk memberi kepuasan pada para in6estornya pada tingkat
risiko tertentu.
Struktur modal berkaitan
dengan jumlah hutang dan modal sendiri yang digunakan untuk membiayai aktiva
perusahaan. Struktur modal yang efektif mampu menciptakan perusahaan dengan
keuangan yang kuat dan stabil. Bersamaan dengan meningkatnya pengetahuan
masyarakat di bidang pasar modal dan tersedianya dana dari para calon investor
yang berminat menginvestasikan modalnya, struktur modal telah menjadi salah
satu faktor pertimbangan yang cukup penting. Hal ini terkait dengan resiko dan pendapatan
yang akan diterima. Dalam melihat struktur modal perusahaan, investor tidak
dapat dipisahkan dari informasi perusahaan berupa laporan keuangan yang
dikeluarkan setiap tahunnya. Para investor akan melakukan berbagai analisis
terkait dengan keputusan untuk menanamkan modalnya pada perusahaan melalui
informasi yang salah satunya berasal dari laporan keuangan perusahaan.
Manajemen kauangan merupakan keseluruhan aktivitas
perusahaan yang brsangkutan dangan usaha mendapatkan dana yang dierlukan dengan
biaya minimal dan syarat-syarat yang paing menguntungkan beserta usaha untuk
menggunakan dana tersebut seefisien mungkin.
Modal kerja merupakan salah
satu input penting yang digunakan untuk menghitung nilai tambah ekonomi suatu
perusahaan dan devisi.
Ada dua aspek yang perlu
dipertimbangkan oleh manajemen perusahaan dalam pengambilan keputusan keuangan,
yaitu tingkat pengembalian (return) dan risiko (risk) keputusan keuangan
tersebut. Tingkat pengembalian adalah imbalan yang diharapkan diperoleh di masa
mendatang, sedangkan risiko diartikan sebagai ketidakpastian dari imbalan yang
diharapkan. Risiko adalah kemungkinan terjadinya penyimpangan dari rata-rata
dari tingkat pengembalian yang diharapkan yang dapat diukur dari standar
deviasi dengan menggunakan statistika.
Suatu keputusan keuangan yang lebih
berisiko tentu diharapkan memberikan imbalan yang lebih besar, yang dalam
keuangan dikenal dengan istilah “High Risk High Return”. Ada trade off antara
risk dan return, sehingga dalam pemilihan berbagai alternatif keputusan
keuangan yang mempunyai risiko dan tingkat pengembalian yang berbeda-beda,
pengambilan keputusan keuangan perlu memperhtungkan risiko relatif
keputusannya. Untuk mengukur risiko relatif digunakan koefisien variasi, yang
menggambarkan risiko per unit imbalan yang diharapkan yang ditunjukkan oleh
besarnya standar deviasi dibagi tingkat pengenbalian yang diharapkan.
Risiko keuangan terjadi karena adanya
penggunaan hutang dalam struktur keuangan perusahaan, yang mengakibatkan
perusahaan harus menanggung beban tetap secara periodik berupa beban bunga. Hal
ini akan mengurangi kepastian besarnya imbalan bagi pemegang saham, karena
perusahaan harus membayar bunga sebelum memutuskan pembagian laba bagi pemegang
saham. Dengan demikian, risiko keuangan menyebabkan variabilitas laba bersih
(net income) lebih besar.
Jika manajemen perusahaan dapat
memanfaatkan dana yang berasal dari hutang untuk memperoleh laba operasi yang
lebih besar dari beban bunga, maka penggunaan hutang dapat memberikan
keuntungan bagi perusahaan dan akan meningkatkan return bagi pemegang saham.
Sebaliknya, jika manajemen tidak dapat memanfaatkan dana secara baik,
perusahaan mengalami kerugian.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Biaya Modal (Cost Of Capital)
1. Pengertian
dan Fungsi Biaya Modal
Biaya
Modal adalah biaya riil yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk memperoleh
dana baik yang berasal dari hutang, saham preferen, saham biasa, maupun laba
ditahan untuk mendanani suatu investasi atau operasi perusahaan.
Penentuan
besarnya biaya modal ini dimaksudkan untuk mengetahui berapa besarnya biaya
riil yang harus dikeluarkan perusahaan untuk memperoleh dana yang diperlukan.
Biaya
modal dapat dihitung berdasarkan biaya untuk masing-masing sumber dana atau
disebut biaya modal individual. Biaya modal individual dihitung tiap jenis
modal. Namun apabila perusahaan menggunakan beberapa sumber modal maka biaya
modal yang dihitung adalah biaya modal rata-rata tertimbang (Weightedf average cost of capital/WACC) dari
seluruh modal yang digunakan.
Konsep
Biaya Modal erat hubungannya dengan konsep mengenai pengertian tingkat
keuntungan yang disyaratkan (required
rate of return). Tingkat keuntungan yang disyaratkan sebenarnya dapat dilihat dari dua pihak yaitu sisi
investor dan perusahaan. Dari sisi investor, tinggi rendahnya required rate of return merupakan
tingkat keuntungan (rate of return) yang
mencerminkan tingkat resiko dari aktiva yang dimiliki. Sedangkan bagi
perusahaan yang menggunakan dana (modal), besarnya required rate of return merupakan biaya modal (cost of capital) yang harus dikeluarkan untuk mendapatkan modal
tersebut. Biaya modal bisanya digunakan sebagai ukuran untuk menentukan
diterima atau ditolaknya suatu usulan investasi (sebagai discount rate), yaitu dengan
membandingkan tingkat keuntungan (rate of
return) dari usulan investasi tersebut dengan biaya modalnya.
2. Komponen
Biaya Modal
Komponen biaya modal terdiri dari :
l Debt (Hutang jangka pendek dan hutang jangka
panjang)
l Preferred (Saham Preferen)
l Common Equity
(Saham Biasa dan Laba ditahan)
Biaya Modal Individual
I.
Biaya Modal Hutang Jangka Pendek
Biaya modal
hutang jangka pendek merupakan hutang yang jangka waktu pengembaliannya kurang
dari satu tahun, biasanya terdiri dari hutang dagang, hutang wesel, dan kredit
jangka pendek lainnya. Biaya modal dari
penggunaan hutang (cost of debt) dihitung
dengan cara :
rd
AT = rd BT(1 - T)
Dimana :
rd AT = Biaya hutang jangka
pendek setelah pajak
rd BT = Biaya hutang jangka
pendek sebelum pajak sebesar tingkat bunga
hutang
T = Tingkat Pajak
II.
Biaya Modal Hutang Jangka Panjang
Biaya hutang yang ditanggung
oleh perusahaan yang menggunakan dana hutang tidak lain adalah sebesar
tingkat keuntungan yang disyaratkan oleh
investor. Biaya modal yang berasal dari penggunaan hutang jangka panjang (cost of debt), dihitung dengan
I +
(N-Nb)/n
rd = ----------------------
(Nb + N)
/2
Di mana :
I = Bunga hutang jangka panjang
(obligasi) satu tahun dalam rupiah
N = Harga nominal
obligasi atau nilai obligasi pada akhir umurnya
Nb = Nilai bersih
penjualan obligasi
n = umur obligasi
III.
Biaya Modal Saham Preferen
Biaya modal saham
preferen (cost of preferrd stock/rps) adah
biaya riil yang harus dibayar apabila perusahaan menggunakan dana dengan
menjual saham preferen. Biaya modal saham preferran diperhitungkan sebesar tingkat keuntungtan
yang disyaratkan (required rate of
return) oleh investor pemegang saham preferen.
r ps = Dps / P0
Dimana :
r ps = Biaya
saham preferen
Dps = Deviden saham preferen
P0 = Harga saham preren saat
ini (harga proses)
IV.
Biaya Modal Saham Biasa dan Laba ditahan
Biaya modal saham
biasa dan laba ditahan atau sering disatukan menjadi biaya modal sendiri (biaya
ekuitas) atau kadang-kadang disebut biaya modal saham biasa saja. Biaya modal
ekuitas merupakan biaya yang dikeluarkan perusahaan yang memperoleh dana dengan
menjual saham biasa atau menggunakan laba ditahan untuk investasi.
r s = D1 / P0 + g
Dimana :
rs = biaya modal ekuitas
D1 = Deviden saham yang diharapkan pada tahun
pertama
P0 = harga saham saat ini
g = tingkat pertumbuhan
Biaya Modal
Keseluruhan (Weighted average cost of capital/WACC)
Biaya
modal secara keseluruhan merupakan biaya modal yang memperhitungkan seluruh
biaya atas modal yang digunakan oleh perusahaan. Biaya modal yang
diperhitungkan merupakan biaya modal dari seluruh jenis modal yang digunakan.
Karena biaya modal dari masing-masing sumber dana berbeda-beda, maka untuk
menetapkan biaya modal dari perusahaan secara keseluruahn perlu dihitung biaya
modal rata-rata tertimbangnya (Weighted
average cost of capital / WACC). Sebagai unsure penimbanngnya adalah
proporsi dana bagi setiap jenis atau sumber modal yang digunakan dalam
investasi proyek tersebut.
WACC = wdrd(1 - T) + wpsrps + wcers
Dimana :
W = bobot /proporsi
masing-masing dari jenis modal yang digunakan
r = biaya modal masing-masing dari jenis modal
digunakan
- Cost of Capital (Biaya modal) adalah biaya riil yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk memperoleh dana baik hutang, saham preferen, saham biasa, maupun laba ditahan untuk mendanai suatu investasi perusahaan.
- Perhitungan biaya penggunaan modal adalah penting berdasar tiga alasan berikut:
- Maksimisasi nilai perusahaan mengharuskan biaya-biaya (termasuk biaya modal) diminimumkan.
- Capital budgeting memerlukan estimasi tentang biaya modal.
- Keputusan lain juga memerlukan estimasi biaya modal, misal leasing, modal kerja.
- Konsep biaya modal erat hubungannya dengan konsep mengenai pengertian tingkat keuntungan yang disyaratkan (required rate of return). Biaya modal biasanya digunakan sebagai ukuran untuk menentukan diterima atau ditolaknya suatu usulan investasi (sebagai discount rate), yaitu dengan membandingkan rate of return dari usulan investasi tersebut dengan biaya modalnya. Biaya modal disini adalah overall cost of capital.
- Biaya modal yang tepat untuk semua keputusan adalah rata-rata tertimbang dari seluruh komponen modal (weighted cost of capital atau WACC).Biaya modal harus dihitung berdasar basis setelah pajak, karena arus kas setelah pajak adalah yang paling relevan untuk keputusan investasi.
Cost of Debt
- Jika hutang jangka pendek (curent liabilities) merupakan bagian dari pembelanjaan perusahaan maka dimasukkan pula pada WACC, misal hutang bank jangka pendek.
Cost of debt = biaya hutang sebelum pajak x (1 –
tingkat pajak)
- Jika perusahaan menggunkan hutang jangka panjang dengan menerbitkan obligasi, maka biaya hutang obligasi (cost of debt) sbb:
I + (N – Nb) /n
Biaya modal obligasi = ————————-
(Nb + N) /2
I : Buanga hutang obligasi satu
tahun dalam rupiah
N : Harga nominal obligasi
Nb : Nilai bersih penjualan
n : Umur obligasi
Kemudian biaya modal obligasi sebelum pajak
disesuaiakan menjadi biaya modal setelah pajak.
Biaya Modal Saham Preferen (Cost of Preferred
Stock)
- Biaya saham preferen adalah sama dengan tingkat keuntungan yang dinikmati pembeli saham preferen.
Kp = Dp/Pn
Kp = biaya saham preferen
Dp = deviden saham preferen
Pn = harga saham preferen bersih yang diterima (harga
setelah dikurangi flotation cost)
Biaya Laba Ditahan (Cost of Retained Earning)
- Biaya laba ditahan adalah sama dengan tingkat keuntungan yang disyaratkan investor pada saham biasa perusahaan yang bersangkutan. Dasarnya adalah prinsip opportunity cost. Jika laba tidak ditahan, laba tersebut dibagiakan dalam bentuk deviden. Jika laba tersebut ditahan berarti pemegang saham menginvestasikan kembali laba yang menjadi haknya ke perusahaan (flow back fund).
- Ada tiga cara menaksir biaya modal laba ditahan:
1.
Pendekatan CAPM
Ks = bunga bebas risiko + premi risiko
Ks = krf + bi (km – krf)
Dimana:
Ks = tingkat
keuntungan yang disyaratkan pada saham perusahaan I,
Krf = bunga bebas risiko
Km = tingkat keuntungan yang
disyaratkan pada portofolio pasar
Bi = beta saham
perusahaan i.
2. Pendekatan discounted cash flow
Model yang digunakan untuk estimasi adalah Gordon
Model:
D1
Po = ———–
Ks – g
Maka,
D1
Ks = ———– + g
Po
Ks = ———– + g
Po
D1 = Deviden akhir
periode
Po = Harga saham
awal periode
g =
tingkat pertumbuhan deviden.
3.
Pendekatan bond yield plus risk premium
Ks = tingkat keuntungan obligasi perusahan + premi risiko
Biaya Saham Biasa Baru (Cost of New Common Stock)
- Biaya modal saham biasa baru biasanya lebih tinggi dari biaya modal laba ditahan, karena penjualan saham baru memerlukan biaya emisi atau flotation cost. Biaya emisi akan mengurangi penerimaan perusahaan dari penjualan saham.
D1 Ksb = biaya saham biasa baru
Ksb = —————– + g FC
= flotation cost
Po (1 –FC)
Weighted Average Cost of Capital
- Jika pembiayaan suatu investasi berasal dari berbagai sumber pendanaan, maka biaya modal dihitung berdasarkan rata-rata tertimbang.
WACC = [Wd x Kd (1- tax)] + [Wp x Kp] + [Ws x
(Ks atau Ksb)]
WACC = biaya modal rata-rata tertimbang
Wd =
proporsi hutang dari modal
Wp =
proporsi saham preferen dari modal
Ws =
proporsi saham biasa atau laba ditahan dari modal
Kd =
biaya hutang
Kp =
biaya saham preferen
Ks
= biaya laba ditahan
Ksb = biaya
saham biasa baru.
Marginal Cost of Capital
- Marginal cost of capital adalah biaya memperoleh rupiah tambahan sebagai modal baru. Pada umumnya marginal cost of capital akan meningkat sejalan dengan meningkatnya penggunaan modal.
- Pada umumnya perusahaan akan menggunakan laba ditahan untuk menambah modal baru menerbitkan saham baiasa baru. Dengan demikian diperlukan suatu titik dimana kebutuhan modal sendiri harus dipenuhi dengan penjualan saham biasa baru.
- Titik dimana marginal cost of capital naik sering disebut Break Point.
Jumlah laba diatahan
Break point = ——————————————————-
Bagian modal sendiri dalam struktur modal
B.
Pendekatan Teoritis atas Struktur Modal
a)
Pengertian
Modal dan Struktur Modal
Modal adalah hak atau bagian yang dimiliki oleh pemilik perusahaan dalam pos
modal (modal saham), keuntungan atau laba yang ditahan atau kelebihan
aktiva yang dimiliki perusahaan terhadap seluruh utangnya (Munawir,2001).
Modal pada
dasarnya terbagi atas dua bagian yaitu modal Aktif (Debet) dan modal Pasif
(Kredit).
Struktur
Modal adalah perimbangan atau perbandingan antara modal asing dan modal
sendiri. Modal asing diartikan dalam hal ini adalah hutang baik jangka panjang
maupun dalam jangka pendek. Sedangkan modal sendiri bisa terbagi atas laba
ditahan dan bisa juga dengan penyertaan kepemilikan perusahaan.
Struktur Modal merupakan masalah penting dalam pengambilan keputusan mengenai
pembelanjaan perusahaan. Untuk mengukur Struktur Modal tersebut maka dapat
digunakan beberapa Teori yang menjelaskan Struktur Modal dalam suatu Perusahaan.
b)
Teori-teori
kapitalisasi
Teori kapitalisasi terbagi ke
dalam dua golongan, yaitu :
1. Berdasarkan
pendapatan atau earning
Niali suatu perusahaan dapat
ditentukan berdasarkan pendapatan yang didapatka setiap tahunya dikalikan
dengan multiplayer tertentu.
2. Berdasarkan
pengeluaran atau cost
Kapitalisasi perusahaan
didasarkan pada cost dari fixed capital yang digunakan dalam suatu perusahaan.
· Over
dan under capitalization
·
Over capitalization
Over capitalization akan
terjadi apabila :
1. Earning
tidak cukup besar untuk mendapatkan fair of return dari jumlah modal yang di
investasikan , atau dengan kata lain average rate of return lebih kecil dari
pada fair rate of return.
2. Jumlah
nilai securities yang ada di dalam peredaran lebih besar daripada nilai riil
dibandingkan dengan nilai assetnya.
·
Under capitalization
Under capitalization terjadi
apabila :
1. Average
rate of return dari perusahaan tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan dengan
rate of return dari modal yang diinvestasikan dalam perusahaan yang sejenis
lainya.
2. Jumlah
nilai security yang tercantum dalam nereca jauh lebih kecil daripada nilai riil
daripada assetnya.
c)
Faktor
Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal
- Tingkat Penjualan
Perusahaan dg
penjualan stabil, cashflow relatif stabil, shg dpt menggunakan hutang relatif
besar
- Struktur Aktiva
Perusahaan dg
aktiva tetap besar (sbg kolateral) dpt menggunakan hutang relatif besar
- Tingkat Pertumbuhan Perusahaan
Semakin cepat
pertumbuhan perusahaan, semakin besar kebutuhan dana untuk ekspansi.
- Profitabilitas
Pecking order
theory menyatakan, bahwa urutan pembiayaan ; laba ditahan → hutang → jual
saham baru (utk menghindari pengawasan eksternal)
- Variabel Laba & perlindungan pajak (tax shield)
Jika
variabilitas laba kecil, besar kemampuan menanggung beban tetap dari hutang.
Penggunaan hutang memberi manfaat perlindungan pajak.
- Skala perusahaan
Perusahaan
besar memiliki akses besar masuk pasar modal, shg ada korelasi positif antara
skala perusahaan dg debt to book value of equity ratio.
- Kondisi intern perusahaan & ekonomi makro
Saat yg tepat menjual saham/obligasi; tingkat bunga pasar
rendah & pasar bursa sdgbullish (lawan dari bearish)
d)
Pendekatan-Pendekatan
Konsep Penilaian Struktur Modal
1. Teori pendekatan laba
bersih ( net income approach ) NI
Pendekatan ini dapat diasumsikan investor mengkapitalisasi atau menilai laba perusahaan dengan tingkat kapitalisasi ( Ko ) yang konstan dan perusahaan dapat meningkatkan jumlah utangnya dengan tingkat biaya utang ( Kd ) yang juga konstan. Hal ini juga dapat diartikan karena tingkat kapitalisasi dan tingkat biaya utang konstan atau tetap maka semakin besar jumlah utang perusahaan maka biaya modal rata-rata tertimbang akan semakin kecil
Pendekatan ini dapat diasumsikan investor mengkapitalisasi atau menilai laba perusahaan dengan tingkat kapitalisasi ( Ko ) yang konstan dan perusahaan dapat meningkatkan jumlah utangnya dengan tingkat biaya utang ( Kd ) yang juga konstan. Hal ini juga dapat diartikan karena tingkat kapitalisasi dan tingkat biaya utang konstan atau tetap maka semakin besar jumlah utang perusahaan maka biaya modal rata-rata tertimbang akan semakin kecil
2. Teori pendekatan laba operasi bersih ( operating net income approach ) NOI
Teori ini diasumsikan biaya modal rata-rata tertimbang ( Ke ) konstan, berapapun jumlah utang perusahaan tetap. Dalam teori ini para investor mempunyai sudut pandang yang berbeda-beda
a. Biaya utang konstan sama seperti pendekatan laba bersih
b. Utang perusahaan meningkat, resiko perusahaan ikut meningkat. Oleh karena itu manajemen menuntut agar keuntungan perusahaan jg harus meningkat, konsekuensinya biaya modal rata-rata tertimbang konstan dan keputusan struktur modal menjadi tidak penting
3. Teori pendekatan tradisional
Teori ini diasumsikan bahwa dalam satu leverage tertentu, resiko perusahaan tidak mengalami perubahan ( Kd & Ke konstan ), dan setelah leverage atau resiko utang tertentu biaya utang dan biaya modal sendiri naik atau meningkat. Biaya modal yang besar bahkan lebih besar dari penurunan biaya dikarenakan penggunaan utang yang murah akibatnya biaya modal rata-rata tetimbang yang tadinya menurun, setelah leverage menjadi naik dengan kata lain nilai perusahaan yang awalnya naik menjadi turun akibat dari utang yang semakin besar.
4. Teori pendekatan Modigliani dan Marton Miller ( teori MM )
Teori MM diasumsikan diantaranya:
a. Resiko bisnis perusahaan dapat diukur dengan standar deviasi laba sebelum benga pajak dan pajak ( δEBIT ) dan perusahaan yang memiliki resiko bisnis sama dikatakan berada dalam kelas yang sama
b. Semua investor da n investor potensial memiliki estimasi sama terhadap EBIT perusahaan dimasa datang atau homogeneous expectation tentang laba perusahaan dan tingkat resiko perusahaan.
c. Saham dan oblligasi diperdagangkan dalam pasar modal yang sempurna atau perfect capital market. Kriteria pasar modal yang efisien adalah:
I. Informasi selalu tersedia bagi semua investor ( symmetric information ) dan dapat diperoleh tanpa biaya ;
e)
Keputusan
Struktur Modal dalam Praktik
a). Analisis EBIT – EPS.
• Melalui analisis ini manajemen dapat melihat dampak dari
berbagai alternatif pendanaan terhadap EPS ( Earning per share ) pada tingkatan
EBIT ( Earning Before Interest and Tax ) yang bervariasi. Yang dimaksud dengan
EPS adalah laba bersih sesudah pajak atau Earning After Tax ( EAT ) dibagi
jumlah lembar saham perusahaan yang beredar.
Pada analisis ini, hubungan antara EBIT dan EPS dapat dicari
dengan cara :
1. Menghitung EPS pada berbagai alternatif pendanaan untuk
EBIT tertentu , dan
2. Mengulang lankah pertama untuk EBIT yang berbeda – beda.
Hasilnya kemudian digambarkan dalam grafik EBIT-EPS.
• Indifference point memberikan masukan penting bagi
manajemen dalam memilih alternatif pembelanjaan, Jika expected EBIT lebih besar
dari indifference point, perusahaan sebaiknya menggunakan hutang. Jika
sebaliknya, menggunakan saham akan lebih menguntungkan. Perlu dicatat bahwa
keputussan ini bisa salah jika actual EBIT tidak besar yang diharapkan. Oleh
karena itu, didalam mengambil keputusan, manajemen harus memperhatikan juga
deviasi standard ( tingkat variabilitas ) EBIT perusahaan. Expected dan deviasi
standard EBIT dapat dicari dengan mengembangkan sejumlah skenario tentang EBIT
dimasa mendatang beserta dengan probabilita terjadinya. Jika deviasi standard
EBIT relatif besar, manajemen harus lebih hati – hati karena expected EBIT
menjadi kurang dapat dipercaya. Sebaiknya manajemen memutuskan menggunakan
hutang hanya bila ecpected EBIT cukup jauh di atas indifference point.
EAT ( saham ) EAT ( hutang )
= Jumlah saham Jumlah saham
( EBIT* - C1) ( 1 – T ) (EBIT* - C2 ) ( 1 – T)
= S1 S2
Dimana:
EBIT * = Indifferent point
C1 = Biaya bunga pada alternatif pembelanjaan 1
C2 = Biaya bunga pada alternatif pembelanjaan 2
S1 = Jumlah saham pada alternatif pembelanjaan 1
S2 = Jumlah saham pada alternatif pembelanjaan 2
T = Tingkat pajak
b. Perbandingan Rasio – Rasio Leverage
• Tujuan dari analisis ini adalah untuk menentukan efek dari
setiap alternatif pendanaan terhadap rasio – rasio leverage ( penggunaan hutang
). Manajemen kemudian dapat membandingkan rasio – rasio yang ada saat ini dan
rasio – rasio pada alternatif pendanaan tertentu dengan rasio – rasio industri
sejenis. Rasio Leverage terdiri dari (1) Rasio Hutang ( debt ratio ), (2) Rasio
Jaminan ( coverege ratio ).
• Rasio hutang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk
memenuhi kewajiban jangka panjang, sedangkan rasio jaminan menunjukkan
kemampuan untuk membayar bunga dan pokok pinjamn yang jatuh tempo. Untuk
menghitung rasio hutang, manajemen menggunakan informasi dari neraca. Untuk
menghitung rasio jaminan, informasi dari laporang rugi – laba yang
dipergunakan.
Manajemen dapat menggunakan metoda perhitungan rasio sbb :
1. Rasio Hutang:
a. Total hutang/Total aktiva
b. Hutang jangka panjang/ (Hutang jangka panjang + Modal
sendiri)
c. Total hutang/ Modal sendiri
2. Rasio Jaminan:
a. Time interest earned = EBIT/Biaya bunga
b. Debt service coverage = EBIT / [ biaya bunga +
(pembayaran pokok pinjman/1 – pajak) ]
• Rasio hutang dan rasio jaminan dapat dihitung berdasarkan
: (1) posisi keuangan perusahaan pada saat ini, (2) posisi keuangan perusahaan
dengan alternatif – alternatif pendanaan yang ada seperti 100 % modal sendiri,
100% hutang dsb. Rasio – rasio tersebut kemudian dibandingkan dengan rasio
indusstri. Dari perbandingan tersebut, manajemen dapat menentukan alternatif
pendanaan yang paling tepat bagi perusahaan. Hal ini tidak berarti bahwa
manajemen harus mempertahankan rasio yang sama dengan rasio industri. Kegunaan
perbandingan rasio dengan rasio industri adalah jika perusahaan memilih rasio
hutang dan rasio jaminan yang menyimpang dari rasio industri, ia harus memiliki
alasan yang kuat.
(c) Analisis Arus Kas Perusahaan
• Metoda ini menganalisis dampak keputusan struktur modal
terhadap arus kas perusahaan. Metoda ini sederhana tetapi sangat bermanfaat.
Metoda ini melibatkan persiapan suatu seri anggaran kas pada (1)kondisi
perekonomian yang berbeda, (2) struktur modal yang berbedaArus kas bersih pada
situasi yang berbeda ini dapat dianalisis untuk menentukan apakah beban tetap
perusahaan ( pokok pinjaman, bunga, sewa dan dividen saham preferen ) yang
dihadapi perusahaan tidak terlalu tinggi. Ketidak mampuan perusahaan untuk
membayar beban tetap bisa mengakibatkan “ financial insolvency “.
• Gordon Donaldson dari Harvard University menyarankan bahwa
kapasitas beban tetap perusahaan sebaiknya tergantung pada arus kas bersih
perusahaan yang diharapkan dapat terwujud pada saat perekonomian mengalami
resesi. Dengan kata lain, target struktur modal ditentukan dengan membuat
rencana untuk menghadapi “ kondisi terburuk yang mungkin terjadi “.
• Rumus berikut mendifinisikan CBr, saldo kas yang
diharapkan perusahaan pada akhir periode resesi.
CBr = Co + NCFr – FC
Dimana:
Co = Saldo ka pada awal resesi
NCFr = Arus kas bersih dari operasi selama resesi
FC = Beban tetap perusahaan
Gitman
(2001) menjelaskan bahwa modal kerja adalah jumlah harta lancar yang merupakan
bagian dari investasi yang bersirkulasi dari satu bentuk ke bentuk yang lain
dalam suatu kegiatan bisnis. Weston dan Brigham (1986) menjelaskan bahwa
manjemen modal kerja adalah investasi perusahaan dalam jangka pendek: kas,
surat-surat berharga (efek), piutang, dan persediaan.
Pengertian
modal kerja adalah jumlah kekayaan atau aktiva lancar, seperti kas atau uang
tunai di peti kas dan di bank, piutang usaha dan persediaan bahan baku, bahan
pembantu, dan barang jadi, ditambah kewajiban atau pasiva lancar, seperti
hutang usaha dan pinjaman jangka pendek. Dengan demikia maka manajemen modal
kerja merupakan semua kegiatan dalam rangka pengelolaan aktiva lancar dan
pasiva lancar.
I. Konsep modal kerja
Bambang
Riyanto (1995) mengemukakan modal kerja dapat dibagi menjadi 3 konsep yaitu
konsep kuantitatif, kualitatif, dan fungsional.
1.
Konsep Kuantitatif
Modal
kerja menurut konsep kuantitatif menggambarkan keseluruhan atau jumlah dari
aktiva lancar seperti kas, surat-surat berharga, piutang persediaan atau
keseluruhan daripada jumlah aktiva lancar dimana aktiva lancar ini sekali
berputar dan dapat kembali ke bentuk semula atau dana tersebut dapat bebas lagi
dalam waktu yang relatif pendek atau singkat. Konsep ini biasanya disebut modal
kerja bruto (gross working capital).
Berdasarkan
konsep tersebut di atas dapat disimpulkan, bahwa konsep tersebut hanya
menunjukkan jumlah dari modal kerja yang digunakan untuk menjalankan kegiatan
operasi perusahaan sehari-hari yang sifatnya rutin, dengan tidak mempersoalkan
dari mana diperoleh modal kerja tersebut, apakah dari pemilik hutang jangka
panjang ataupun hutang jangka pendek. Modal kerja yang besar belum tentu
menggambarkan batas keamanan atau margin of safety yang baik atau tingkat
keamanan para kreditur jangka pendek yang tinggi. Jumlah modal kerja yang besar
belum tentu menggambarkan likuiditas perusahaan yang baik sekaligus belum tentu
menggambarkan jaminan kelangsungan operasi perusahaan pada periode berikutnya.
2.
Konsep Kualitatif
Menurut
konsep kualitatif modal kerja merupakan selisih antara aktiva lancar dengan
utang lancar. Berdasarkan konsep ini modal kerja merupakan sebagian dari aktiva
lancar yang benar-benar dapat digunakan untuk membiayai operasi perusahan tanpa
menunggu likuiditasnya. Konsep ini biasa disebut dengan modal kerja neto (net
working capital).
Definisi
ini bersifat kualitatif karena menunjukkan tersedianya aktiva lancar yang lebih
besar daripada hutang lancar dan menunjukkan tingkat keamanan bagi kreditur
jangka pendek serta menjamin kelangsungan operasi di masa mendatang dan
kemampuan perusahaan untuk memperoleh tambahan jangka pendek dengan jaminan
aktiva lancar.
3.
Konsep Fungsional
Modal
kerja menurut konsep inimenitik beratkan pada fungsi dari pada dana dalam
menghasilkan dana atau income dari usaha pokok perusahaan. Setiap dana yang
digunakan dlam perusahaan dimaksudkan untuk menghasilkan pendapatan. Ada dana
yang digunakan dalam satu periode akuntansi tertentu yang menghasilkan
pendapatan pada periode tersebut. Sementara itu, ada pula dan aynag dimaksudkan
utuk menghasilkan pada periode2periode selanjutnya atau dimasa yang akan
datang, misalnya bangunan, mesin-mesin, alat-alat kantor atau aktiva tetap
lainnya yang disebut future income. Jadi modal kerja menurut konsep ini adalah
dana digunakan untuk menghasilkan pendapata pada saat ini sesuai dengan maksud
utama didirikannya perusahaan, diantaranya kas, piutang dagang. Dan lain
sebagainya.
Sedangkan
efek atau surat berharga dan marjin laba dari piutang merupakan modal kerja
potensial yang akan menjadi modal kerja bila piutang sudah dibayar dan efek
sudah dijual.
II. Jenis Modal Kerja
Menurut
WB. Taylor da Bambang Rianto (1995) Modal Kerja digolongkan dalam beberapa
jenis yaitu
1.
Modal Kerja Permanen (Permanent Working Capital)
Modal
kerja permanen yaitu modal kerja yang ada pada perusahaan untuk dapat
menjalankan fungsinya, modal kerja ini terdiri dari :
a.
Modal kerja primer (Primary Working Capital)
Modal
kerja primer merupakan jumlah modal kerja minimum yang harus ada pada
perusahaan untuk menjaga kontinuitas usahanya atau modal kerja yang secara
terus menerus diperlukan untuk kegiatan usahanya.
b.
modal kerja normal
Modal
kerja normal adalah modal kerja dibutuhkan untuk proses produksi normal.
2.
Modal Kerja Variabel (Variable Working Capital)
Yaitu
modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan perubahan keadaan, modal
kerja ini terdiri dari :
a.
Modal kerja musiman (Seasonal Working Capital)
Modal
kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan oleh fluktuasi musim.
b.
Modal kerja siklis (Cyclical Working Capital)
Modal
kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan oleh fluktuasi konjungtur.
c.
Modal kerja darurat (Emergency Working Capital)
Modal
kerja yang jumlahnya berubah-ubah karena adanya keadaan darurat yang tidak
diketahui sebelumnya (misalnya adanya pemogokan buruh, banjir, perobahan
keadaan ekonomi yang mendadak).
III. D. Faktor Yang Mempengaruhi Modal Kerja
Modal
kerja perusahaan dipengaruhi oleh 4 faktor, yaitu:
a.
Volume Penjualan
Perusahaan
membutuhkan modal kerja untuk mendukung kegiatan operasional pada saat terjadi
peningkatan penjualan.
b.
Faktor Musim dan Siklus
Fluktuasi
dalam penjualan yang disebabkan oleh faktor musim dan siklus akan
mempengaruhi kebutuhan akan modal kerja.
c.
Perubahan dalam teknologi
Jika
terjadi pengembangan teknologi maka akan berhubungan dengan proses produksi dan
akan membawa dampak terhadap kebutuhan akan modal kerja
d.
Kebijakan Perusahaan
Kebijakan
yang diterapkan oleh perusahaan juga akan membawa dampak terhadap kebutuhan
modal kerja.
IV. E. Penentuan Besarnya Kebutuhan Modal Kerja
Besar
Kecilnya Modal Kerja tergantung dari dua faktor :
1.
Periode perputaran atau periode terikatnya modal kerja
Merupakan
keseluruhan atau jumlah dari periode yang meliputi jangka waktu pemberian
kredit beli, lama penyimpanan bahan mentah di gudang, lamamya proses produksi,
lamanya barang di simpan digudang, jangka waktu penerimaan piutang.
2.
Pengeluaran kas rata-rata setiap hari
Merupakan
jml pengeluaran kas rata-rata setiap hr utk keperluan bahan mentah, bahan
pembantu, pembayaran upah buruh, dan lain-lain.
Modal
kerja makin besar jika:
1.
Jumlah pengeluaran kas setiap tetap, periode perputaran lama
2.
Periode perputaran tetap, jumlah pengeluaran kas besar
V. D. Komponen Modal Kerja
Modal
kerja yang dibahas disini adalah modal kerja dalam konsep kualitatif, yaitu
modal kerja neto (net working capital) yang merupakan kelebihan antara aktiva
lancar di atas utang lancarnya.
Komponen
modal kerja mencakup aktiva lancar dan utang lancar, yang dijelaskan sebagai
berikut:
1.
Aktiva Lancar.
Munawir
(2004:14) menyatakan pengertian aktiva lancar sebagai berikut: Aktiva lancar
adalah uang kas dan aktiva lainnya yang dapat diharapkan untuk dicairkan atau
ditukarkan menjadi uang tunai, dijual atau dikonsumer dalam periode berikutnya
(paling lama satu tahun atau dalam perputaran kegiatan perusahaan yang normal.
Yang termasuk aktiva lancar adalah:
a)
Kas (Cash). Uang tunai dan alat pembayaran lainnya yang digunakan untuk membiayai
operasi perusahaan. Uang tunai dan alat pembayaran itu terdiri dari uang logam,
uang kertas, cek, dan lain-lain. Kas merupakan bentuk aktiva yang paling likuid
yang bisa dipergunakan segera untuk memenuhi kewajiban financia
perusahaan,
karena sifat likuidnya tersebut kas memberikan keuntungan yang paling rendah.
b)
Investasi Jangka Pendek (Temporary Investment). Obligasi pemerintah, obligasi
perusahaan indusri, dan surat-surat utang sejenis, dan saham perusahaan lain
yang dibeli untuk dijual kembali dikenal sebagai investasi jangka pendek.
Surat-surat berharga yang dibeli sebagai investasi jangka pendek dari dana-dana
yang sementara belum digunakan, dan bila surat-surat berharga tersebut dapat
segera dijual, maka dapat dianggap sebagai aktiva lancar. Surat-surat berharga
tersebut dimiliki untuk jangka pendek dengan maksud untuk diperjualbelikan
(trading securities). Jenis dari investasi jangka pendek ini adalah efek
(marketable securities).
c)
Wesel Tagih (Notes Receivable). Tagihan perusahaan kepada pihak lain yang
dinyatakan dalam suatu promes. Promes tagih adalah promes yang ditandatangani
untuk membayar sejumlah uang dalam waktu tertentu yang akan datang kepada
seseorang atau suatu perusahaan yang tercantum dalam surat perjanjian tersebut
(nama perusahaan yang memegang surat tersebut).
d)
Piutang Dagang (Accounts Receivable). Piutang dagang meliputi keseluruhan
tagihan atas langganan perseorangan yang
timbul karena penjualan barang
dagangan
atau jasa secara kredit. Kebijakan penjualan kredit sengaja dilakukan untuk
memperluas pasar dan memperbesar hasil penjualan. Dengan kebijakan penjualan
kredit ini juga akan menimbulkan resiko bagi perusahaan akan tidak dapat
ditagihnya sebagian atau bahkan mungkin seluruh dari piutang tersebut.
e)
Penghasilan Yang Akan Masih Diterima (Account Receivable). Penghasilan yang
sudah menjadi hak perusahaan karena telah memberikan jasa-jasanya kepada pihak
lain, tetapi pembayarannya belum diterima sehingga merupakan tagihan.
f)
Persediaan Barang (Inventories). Barang dagangan yang dibeli untuk dijual
kembali, yang masih ada di tangan pada saat penyusunan neraca. Untuk perusahaan
industri yang mengolah bahan dasar menjadi barang jadi, mempunyai tiga
persediaan yakni persediaan bahan dasar atau bahan baku, persediaan
barang dalam proses, dan persediaan barang jadi.
g)
Biaya Yang dibayar dimuka ( Prepaid Expense). Pengeluaran untuk memperoleh jasa
dari pihak lain, tetapi pengeluaran tersebut belum menjadi biaya atau
jasa dari pihak lain yang belum dinikmati oleh perusahaan pada periode yang
sedang berjalan. Contohnya yaitu biaya sewa yang dibayar di muka dan biaya
iklan yang dibayar di muka.
2.
Hutang Lancar
Munawir
(2004:18) mengemukakan pengertian hutang lancar sebagai berikut: Hutang lancar
atau hutang jangka pendek adalah kewajiban keuangan perusahaan yang
pelunasannya atau pembayaran akan dilakukan dalam jangka pendek (satu tahun
sejak tanggal neraca) dengan menggunakan aktiva lancer yang dimiliki oleh
perusahaan. Hutang lancar merupakan kewajiban perusahaan kepada pihak lain yang
harus dipenuhi dalam jangka waktu kurang dari satu tahun, atau utang yang jatuh
temponya masuk siklus akuntansi yang sedang berjalan. Yang termasuk hutang
lancar adalah sebagai berikut:
a)
Wesel Bayar (Notes Payable) Wesel bayar adalah promes tertulis dari perusahaan
untuk membayar sejumlah uang atau perintah pihak lain pada tanggal tertentu
yang akan datang yang ditetapkan (utang wesel). Promes dapat diberikan kepada
bank ketika perusahaan meminjam uang atau kepada kreditur untuk pembelian
barang dagangan secara kredit.
b)
Hutang Dagang (Account Payable) Hutang Dagang Adalah semua pinjaman yang timbul
karena pembelian barang-barang dagangan atau jasa secara kredit. Pinjaman
tersebut akan dikembalikan dalam waktu satu tahun atau kurang (jangka waktu
operasi perusahaan yang normal).
c)
Penghasilan Yang Ditangguhkan (Differed Revenue) Penghasilan yang diterima
terlebih dahulu merupakan penghasilan yang sebenarnya yang belum menjadi
hak perusahaan. Pihak lain telah menyerahkan uang terlebih dahulu kepada
perusahaan sebelum perusahaan menyerahkan barang atau jasanya (perusahaan
berkewajiban untuk memenuhinya). Penghasilan baru direalisasi bila jasa-jasa
telah dipenuhi atau transaksi penjualan telah selesai.
d)
Hutang Dividen (Divident Payable) Hutang dividen merupakan bagian laba
perusahaan yang diberikan sebagai deviden kapada pemegang saham, tetapi belum
dibayarkan ketika neraca disusun. Hutang Pajak (Tax Payable) Beban pajak
perseroan yang belum dibayarkan pada waktu neraca disusun.Kewajiban Yang Masih
Harus Dipenuhi (Accrual Payables) Kewajiban yang timbul karena jasa-jasa yang
diberikan kepada perusahaan selama jangka waktu tertentu, tetapi pembayarannya
belum dilakukan.Misalnya: upah, bunga, sewa, pensiun dan lain- lain.
D.
Pengertian Risk
Investasi
model ini merupakan investasi dengan resiko yang ringan, Sebagaimana hukum
timbal balik, risiko ringan, maka akan menghasilkan hasil yang kecil.Oleh
karena itu seseorang yang ingin mendapatkan hasil yang besar ia tidak akan
pernah bermain investasi di area ini.Mereka paham bahwa keuntungan yang didapat
dari investasi model low risk investment tidak besar, bahkan tetap ada resiko yang
mengintai.
Instrumen
investasi yang termasuk katagori seperti ini,diantaranya deposito,dan tabungan
di bank, investasi ini resikonya kecil dan keuntungannyapun kecil, Namun
sekecil apapun resikonya tetap ada, Misalnya gojolak moneter tiba-tiba datang,
nilai mata uang yang kita simpan tiba-tiba melemah hingga terpuruk, Secara
otomatis terpuruknya nilai mata uang akan membuat deposito atau tabungan anda
merugi.
Kejadian
seperti ini sudah beberapa kali terjadi di negri kita, Pada tahun 1965 terjadi
senering, pada tahun 1980-an terjadi depaluasi.Tahun 1998 terjadi krisis
moneter yang dahsat.Resiko lainnya yang di hadapi oleh investasi jenis low rink
investmet adalah kejahatan perbankkan, namun kejadian-kejadian seperti itu
jarang terjadi.
Bila
ingin menjadi pengusaha sukses, maka anda harus berani menghadapi risiko.
Kalimat tersebut dianggap resep untuk menjadi pengusaha dianggap sukses.
Kehidupan usaha penuh dengan risiko, baik itu risiko finansial maupun
manajerial.
Risiko
finansial
Berkaitan
dengan kegagalan usaha untuk merealisasikan rencana finansial yang telah
ditentukan.
Risiko
manajerial
Berkaitan
dengan kegagalan pimpinan perusahaan dalam mengelola perusahaannya yang pada
akhirnya diukur dengan kegagalan finansial.
Risiko
dapat dikatakan sebagai suatu peluang terjadinya kerugian atau kehancuran.
Lebih luas, risiko dapat diartikan sebagai kemungkinan terjadinya hasil yang
tidak diinginkan atau berlawanan dari yang diinginkan. Dalam industri keuangan
pada umumnya, terdapat suatu jargon “high risk bring about high return”,
artinya jika ingin memperoleh hasil yang lebih besar, akan dihadapkan pada
risiko yang lebih besar pula. Contohnya dalam investasi saham. Volatilitas atau
pergerakan naik-turun harga saham secara tajam akan membuka peluang untuk
memperoleh hasil yang lebih besar, namun sebaliknya, jika harga bergerak ke
arah yang berlawanan, maka kerugian yang akan ditanggung sangat besar.[1][1]
Menurut
Ricky W. Griffin dan Ronald Ebert, risiko adalah uncertainty about future
event, adapun Joel G.Siegel dan Jae K.Sim mendefinisikan risiko pada 3 hal:
1.
Keadaan yang mengarah kepada sekumpulan hasil khusus dimana hasilnya dapat
diperoleh dengan kemungkinan yang telah diketahui oleh pengambilan keputusan
2.
Variasi dalam keuntungan penjualan atau variabel keuangan lainnya
3.
Kemungkinan dari sebuah masalah keuangan yang mempengaruhi kinerja operasi perusahaan atau posisi keuangan
David
K. Eiteman, Arthur I Stonehill dan Michael H. Moffet mengatakan bahwa risiko
dasar adalah the mismatching of interest rate bases for associated assets and
liabilities. Sehingga secara umum risiko dapat ditangkap sebagai bentuk keadaan
ketidakpastian tentang suatu keadaan yang akan terjadi nantinya dengan
keputusan yang diambil berdasarkan suatu pertimbangan. Menurut salah satu
definisi, risiko (risk) adalah sama dengan ketidakpastian (uncertainty). Secara
umum risiko dapat diartikan sebagai suatu keadaan yang dihadapi seseorang atau
perusahaan dimana terdapat kemungkinan yang merugikan.
Dalam
penyusunan anggaran modal, suatu proyek investasi ( perluasan usaha /
penggantian aktiva tetap ) kita sering mengalami kegagalan setelah proyek
tersebut dilaksanakan. Hal ini karena kita tidak memperhitungkan unsur risiko
didalamnya.
Misal
: risiko aliaran kas ( cashflow ) dalam faktor diskonto ( dicountrate ) sebagai
biaya modal. Apabila aliran kas yang ada kita peroleh diwaktu yang akan datang
tidak ada risiko, berarti kita dapat menentukan dengan tepat, keputusan yang
akan diambil. Hal ini karena anggaran yang kita susun baik mengenai aliran kas
masuk ( cash in flow ) maupun aliran kas keluar ( cash out flow ) dianggap
pasti terjadi dimasa yang akan datang. Namun, jika terjadi penyimpangan, yang
tidak menguntungkan, maka perusahaan akan kesulitan menyesuaikannya, karena
risiko terjadinya penyimpangan tersebut belum ditentukan oleh perusahaan, lain
jika unsur risiko telah ditentukan didepan. Maka apabila terjadi penyimpangan
perusahaan akan lebih mudah menghitungnya.
Demikian
pula biaya modal yang harus dikeluarkan dalam anggaran modal. Apabila kita
menganggap bahwa COC yang akan dikeluarkan tanpa risiko, maka kita akan lebih
mudah menghitungnya. Namun, dalam kenyataannya COC tersebut kemungkinan akan
naik atau turun. COC yang turun bagi perusahaan akan menguntungkan, karena
perusahaan mengeluarkan biaya yang lebih kecil, tetapi jika COC tersebut naik,
maka akan mengurangi kebutuhan perusahaan. Apabila perusahaan menganggap bahwa
biaya modal tersebut konstan/risiko, maka perusahaan dapat menggunakan tingkat
bunga bebas risiko ( freerate ).
Di Indonesia, nampaknya belum ada tingkat
bunga yang bebas risiko secara murni. Tingkat bunga SBI yang biasanya digunakan
sebagai acuan tingkat bunga bebas risiko sebenarnya juga mengandung risiko.
Walau lebih kecil risikonya dibandingtingkat bunga deposito bank-bank di
Indonesia. Apalagi dalam keadaan keadaan perekonomian yang kurang
menguntungkan. Besar tingkat risiko yang dimaksukan dalam panilainaan investasi
akan mempengaruhi besarnya hasil yang diharapkan oleh pemodal. Apabila
perusahaan membangdingkan tingkat risiko yang tinggi pada suatu investasi yang
dianggarkan, maka pemodal yang akan menanamkan dananya pada investasi tersebut
mengharapkan hasil/ mensyaratkan hasil ( required rate of return ) yang tinggi
pula dan terjadi sebaliknya.
Memang antara hasil dan risiko ( risk and
return ) memiliki hubungan linear yang berkebalikan. Semakin tinggi risiko,
maka semakin tinggi hasil yang diperoleh. Sebaliknya semakin rendah risiko maka
semakin rendah pula hasil yang diperoleh/disyaratkan.
Risiko terhadap perusahaan tidak dapat
dihindari, kita hanya dapat mengelola bagaimana agar risiko tersebut sekecil
mungkin mempengaruhi keputusan perusahaan. Risiko yang terjadi diperusahaan ada
yang dapat dikelola/diatasi perusahaan terdapat pula risiko yang tidak dapat
diatasi perusahaan.
Risiko yang tidak dapat diatasi
perusahaan ini biasanya karena tidak dapat dikontrol oleh perusahaan. Risiko
yang ada diperusahaan dapat dibedakan tiga jenis risiko :
1.
Risiko
individual
Risiko yang berasal dari proyek
investasi secara individu tanpa dipengaruhi oleh proyek lain.
2.
Risiko
perusahaan
Risiko yang dapat diukur tanpa
mempertimbangkan keanekaragaman yang dihadapi/portofolio yang dilakukan oleh
investor.
3.
Risiko
pasar( market risk )
Risiko investasi ditinjau dari investor
yang menanamkan modalnya pada investasi yang juga dilakukan oleh perusahaan dan
perusahaan-perusahaan lain.
Risiko investasi dapat
diartikan sebagai kemungkinan terjadinya perbedaan antara actual return dan
expected return, sehingga setiap investor
dalam mengambil keputusan investasi harus selalu berusaha meminimalisasi berbagai risiko yang timbul, baik jangka pendek maupun
jangka panjang. Setiap perubahan kondisi ekonomi baik mikro ataupun makro akan
mendorong investor untuk melakukan strategi yang harus diterapkan untuk tetap
memperoleh return.
Alternatif –alternatif Menghindari Resiko
Untuk
menghindari resiko yang timbul terhadap aktivitas investasi yang dilakukan,
perlu dilakukan alternatif-alternatif dalam pengambilan keputusan. Alternatif
keputusan yang diambil adalah dianggap realistis dan tidak akan menimbulkan
masalah nantinya. Tindakan seperti ini dianggap sebagai bagian strategi
investasi. Bahwa berbagai keputusan-keputusan strategis akan menghasilkan nilai
yang lebih besar bagi perusahaan. Dimana tindak lanjut dari keputusan strategis
ini adalah dengan melibatkan secara maksimal sumber daya yang ada untuk
mengimplementasikan keputusan yang dimaksud dan menentukan pihak-pihak yang
bertanggung jawab atas implementasi ini. Artinya adalah resiko yang timbul
merupakan bentuk dari realita yang terjadi, yang mana resiko itu selalu saja sulit
untuk dihindari namun diusahakan resiko itu terjadi dalam jumlah yang sangat
minim.
5.
Mengelola
Resiko
Dalam
aktivitas yang namanya resiko adalah pasti terjadi dan sulit untuk dihindari
sehingga bagi sebuah lembaga bisnis seperti perbankan sangat penting untuk
memikirkan bagaimana mengelola resiko tersebut. Dalam mengelola resiko pada
dasarnya ada 4 cara yaitu :
• Memperkecil
resiko, dengan cara tidak memperbesar setiap keputusan yang mengandung
resiko tinggi tapi membatasinya bahkan meminimalisirnya agar resiko tersebut
tidak menambah menjadi besar dan diluar kontrol manajemen perusahaan.
• Mengalihkan
resiko, dengan cara mengalihkan resiko yang kita terima tersebut ketempat
lain seperti mengasurasikan bisnis guna menghindari terjadinya resiko yang
sifatnya tidak tentu waktunya
• Mengontrol
resiko, dengan cara melakukan kebijakan mengantisipasi terhadap timbulnya
resiko sebelum terjadi, seperti memasang alarm terhadap mobil, menempatkan
satpam pada siang atau malam hari
• Pendanaan
resiko, dengan cara menyediakan dana cadangan (reserve) guna mengantispasi
timbulnya resiko dikemudian hari, seperti perubahan terhadap nilai tukar
dolar dipasaran maka kebijakan sebuah
bank adalah harus memiliki dana cadangan dalam bentuk dolar
- Perhitungan Risiko
Sekedar informasi bahwa risiko yang
terkecil itu adalah obligasi (bond) yang dijual oleh pemerintah. Sedangkan
risiko yang tertinggi adalah saham yang dijual oleh perusahaan. Ada model
perhitungan risiko yang paling sering dipergunakan khususnya dalam investasi,
yaitu secara standar deviasi dan varian. Untuk melengkapi perhitungan ini agar
lebih komprehensif, terutama jika timbul suatu persoalan seperti penyebaran
return yang diharapkan sangat besar, maka dipergunakan perhitungan tambahan
dengan menggunakan coefficient of variation atau risiko relatif.
Standar
deviasi atau simpangan baku adalah suatu estimasi probabilitas perbedaan return
nyata dari return yang diharapkan.
Varian
(nilai kuadrat dari standar deviasi) adalah :
Dalam statistik, varian adalah ukuran penyerapan dari
penyebaran probabilitas. Hal ini merupakan pangkat dua deviasi standar.
Misalnya, bila standar deviasinya 20, maka variannya adalah 400.
Selisih pendapatan, biaya, dan keuntungan terhadap jumlah
yang direncanakan. Varian dihitung pada pusat pertanggungjawaban,
penganalisisan. Dan varian yang tidak menguntungkan, diselidiki untuk mencari
kemungkinan perbaikan.
Coefficient
of variation adalah ukuran penyebaran relatif atau risiko relatif.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Biaya Modal (Cost Of Capital) Biaya
Modal adalah biaya riil yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk memperoleh
dana baik yang berasal dari hutang, saham preferen, saham biasa, maupun laba
ditahan untuk mendanani suatu investasi atau operasi perusahaan.
Modal dan Struktur Modal adalah
hak atau bagian yang dimiliki oleh pemilik perusahaan dalam pos modal
(modal saham), keuntungan atau laba yang ditahan atau kelebihan aktiva yang
dimiliki perusahaan terhadap seluruh utangnya (Munawir,2001). Modal pada
dasarnya terbagi atas dua bagian yaitu modal Aktif (Debet) dan modal Pasif
(Kredit). Struktur Modal adalah perimbangan atau perbandingan antara modal
asing dan modal sendiri. Modal asing diartikan dalam hal ini adalah hutang baik
jangka panjang maupun dalam jangka pendek. Sedangkan modal sendiri bisa terbagi
atas laba ditahan dan bisa juga dengan penyertaan kepemilikan perusahaan.
Modal kerja adalah jumlah
kekayaan atau aktiva lancar, seperti kas atau uang tunai di peti kas dan di
bank, piutang usaha dan persediaan bahan baku, bahan pembantu, dan barang jadi,
ditambah kewajiban atau pasiva lancar, seperti hutang usaha dan pinjaman jangka
pendek. Dengan demikia maka manajemen modal kerja merupakan semua kegiatan
dalam rangka pengelolaan aktiva lancar dan pasiva lancar.
Risk Investasi model
ini merupakan investasi dengan resiko yang ringan, Sebagaimana hukum timbal
balik, risiko ringan, maka akan menghasilkan hasil yang kecil.Oleh karena itu
seseorang yang ingin mendapatkan hasil yang besar ia tidak akan pernah bermain
investasi di area ini.Mereka paham bahwa keuntungan yang didapat dari investasi
model low risk investment tidak besar, bahkan tetap ada resiko yang mengintai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar