Bismillahirrahmanirrahim..
Mengapa ada orang jahat? Mengapa ada orang baik? Dan mengapa ada orang yang tidak peduli dengan kehidupannya di dunia ini? Bahkan ia ingin mengakhirinya sesegera mungkin. Naudzubillahi min dzalik.
Suatu pernyataan yang kurang tepat sedari kecil nampaknya telah mengungkung pikiran kita agar tetap terlena nyaman. Pernyataan inilah yang mampu menjawab tiga pertanyaan diatas. Katanya, hidup adalah pilihan. Akibatnya, dari sini selalu muncul pembenaran-pembenaran atas kelakuan kita yang melenceng dari syariat Islam. Hidup adalah pilihan, terlalu banyak yang bisa dipilih sesuai keinginan kita. Nafsu . Manusia senantiasa berfoya-foya dengan berbagai jalan hidup yang ingin ia tempuh. Selalu saja ada alasan untuk melonggarkan diri dari tuntunan Allah. Tapi, pernyataan ini sangat tidak pernah saya setujui, namun sayang saya belum mampu membuktikan bahwa hidup bukan pilihan !
Semuanya tertulis lengkap, rencana Allah untuk tiap kepala yang dihidupkan-Nya, di Laul Mahfudz. Berawal dari penciptaan embrio, kitalah yang dipercaya Allah untuk menjadi salah satu dari sekian ribu juta manusia bumi. Bukan kebetulan dan sekali lagi, hidup bukan pilihan. Kitalah sel telur yang berhasil dibuahi oleh sperma dan tumbuh hingga dewasa seperti sekarang ini. Allah yang memilih kita, tapi kita tidak bisa memilih untuk tetap bergelung di dalam rahim ibu. Kita harus dilahirkan dan hidup sebagai seorang Homo sapiens. Yang mungkin belum kita sadari, kita semua pernah berkomitmen dengan Allah, jauh sebelum kita dilahirkan.
Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman), “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab: “Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi”. (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan).” QS. Al-A’raf : 172
Manusia telah diajari bertanggung jawab, bahkan sebelum ia menghirup oksigen di bumi. Allah sendiri yang berbicara langsung dengan Bani Adam (keturunan Adam) dan mengambil kesaksian atas masing-masing makhluk ciptaan-Nya ini. Allah menuntut kita menjadi seorang yang bertanggung jawab, dengan menepati janji yang telah disepakati kedua belah pihak. Perlu saya ulangi, kita memang tidak menyadari ada momen dimana kita berjanji langsung dengan Allah bahwa kita siap berpetualang di planet biru ini. Tapi telah jelas tertulis di Al-Quran bahwa benar ada adegan ini dan kita wajib mengimaninya. Siap atau tidak roller coaster akan segera meluncur. Hidup akan terus bergulir. Tak ada pilihan menjadi orang malas, karena itu bukan ajaran Islam. Tak ada pilihan menjadi orang sombong, karena itu bukan ajaran Islam. Tak ada pilihan menjadi koruptor apalagi pembunuh, karena itu benar bukan ajaran Islam . Yang ada hanyalah pilihan untuk bersikap selayaknya agama ini diturunkan di semesta ini, rahmatan lil alamin. Mengapa? Yah, ini konsekuensinya, kita harus menurut dengan Sang Empunya, menaati semua peraturan-Nya, dan tidak melanggar larangan-Nya.
Sungguh tidak ada alasan lagi bagi seorang manusia untuk melakukan perbuatan yang “suka-suka” atau mereka memang sedang sengaja mendeklarasikan diri sebagai orang yang tak tahu diri. Orang yang tak bisa menepati janji. Sudah diberi jatah hidup, malah dihabiskan untuk mengkhianati perjanjian di awal dengan pihak kedua, Sang Pencipta.
Dari sini saya makin yakin dengan prinsip yang selama ini masih abu-abu bahwa hidup memang bukan pilihan. Bukan tempat untuk coba-coba hal negatif atau coba-coba bermaksiat. Karena hidup dengan kaki menginjak tanah hitam ini merupakan ujian menuju level selanjutnya, kehidupan yang kekal : akhirat. Jika kita masih bertahan sebagai salah satu penduduk bumi, itu artinya kita telah lolos kualifikasi dan dianggap mampu memakmurkan bumi oleh Allah. Jangan pernah mengkhianati kepercayaan Allah ini dengan berlaku semena-mena baik terhadap diri sendiri, orang lain, maupun alam tempat tinggal kita. Jangan pernah mengecewakannya. Ditambah lagi, hidup ini bukan main-main. Allah sendiri yang mengatakan di Al-Qur’an :
Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami? QS. Al-Mu’minun : 115
Mugkin dari sini muncul alasan lain, pemberontakan “Why so serious?” oleh kalangan yang tak kenal dosa. Semoga kita bukan termasuk orang-orang golongan ini, golongan yang tidak berpikir. Tidak visioner. Mereka bersenda gurau berlebihan, berleha-leha di dunia, dan melakukan sesuatu semau mereka. Apa namanya jika mereka bukan disebut golongan yang tidak berpikir? Mereka hanya mendapat kesenangan semu, kepuasan dan tawa renyah sesaat. Tapi balasannya, mereka akan mendapat siksa yang pedih di akhirat nanti. Mereka masih menganggap hidup memiliki banyak pilihan yang bisa dimainkan seperti mengocok dadu di meja judi. Beruntung dan tersenyum haram. Ketidaksabaran menahan godaan untuk tetap di jalur yang benar harus ditebus dengan kehidupan yang kekal dengan kondisi sebaliknya dari yang ia lakukan selama di kehidupan fana. Jadi, tak bisakah kau bersabar sedikit lebih lama demi kehidupan kekal yang lebih indah, Kawan?
Saya mengalami sendiri, mendapat pencerahan ini adalah efek karena sering berinteraksi dengan Al-Qur’an. Selain membaca, mentadaburi, dan (insya allah) mengamalkannya selalu saya coba terapkan. Tak perlu kita, umat muslim, bingung mencari motivator atau psikiater karena dari kitab inilah justru jawaban semua masalah hati terpenuhi. Salah satunya adalah tentang penegas bahwa hidup kita bukan pilihan. Hidup harus dipertanggungjawabkan.
Yah, bahasa ini memang tak akan bisa seindah Al-Qur’an. Apalah daya tangan berjari limaku dalam membuat tulisan jika dibandingkan dengan kuasa-Nya membuat langit, bumi, hingga bakteri Clostridium botulinum di dunia ini. Semoga sedikit ulasan ini bisa menjadi batu lompatan untuk menjadi muslim yang lebih baik lagi. Wallahu’alam bisshawab..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar